Orthopaedi

Bedah ortopedi atau orthopaedi (juga dieja orthopedi) ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang cedera akut, kronis, dan trauma serta gangguan lain sistem muskuloskeletal. Dokter bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal termasuk artritis, trauma dan kongenital menggunakan peralatan bedah dan non-bedah.

Di Indonesia, dokter bedah ortopedi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan yang diajukan dalam bedah ortopedi setelah menjadi dokter umum maupun bedah umum. Dokter ini harus menyelesaikan 104 SKS dalam 9 semester pendidikan klinik. Dokter spesialis ini diberi gelar SpOT (spesialis ortopedi dan traumatologi) atau SpBO (spesialis bedah ortopedi).

Pendidikan

Banyak dokter bedah ortopedi yang menjalani pelatihan subspesialis dalam program yang dikenal sebagai ‘fellowship’ (beasiswa) setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai residen. Pelatihan fellowship dalam sebuah subspesialisasi ortopedi khususnya memakan waktu 1 (kadang-kadang 2) tahun dan biasanya memiliki komponen penelitian yang terkait dengan pelatihan klinik dan operasi. Beberapa contoh subspesialisasi ortopedi adalah:

  1. Bedah tangan (juga dilakukan oleh dokter bedah plastik)
  2. Bedah bahu dan siku
  3. Rekonstruksi sendi total (artroplasti)
  4. Ortopedi anak
  5. Bedah kaki dan pergelangan kaki (juga dilakukan oleh podiatri)
  6. Bedah tulang belakang (juga dilakukan oleh dokter bedah saraf)
  7. Onkologi muskuloskeletal
  8. Bedah kedokteran olahraga
  9. Trauma ortopedi

Juga ada 9 wilayah subspesialisasi bedah ortopedi.

Praktek

Dokter bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal ringan seperti artritis, trauma dan cacat bawaan menggunakan peralatan bedah dan non-bedah. 25 prosedur paling umum yang dilakukan oleh dokter bedah ortopedi adalah sebagai berikut:

  1. Artroskopi lutut dan menisektomi
  2. Artroskopi bahu dan dekompresi
  3. Pembebasan terowongan tulang pergelangan tangan
  4. Artroskopi lutut dan kondroplasti
  5. Penyingkiran implan pendukung
  6. Artroskopi lutut dan rekonstruksi ligamentum cruciatum anterius
  7. Penggantian lutut
  8. Perbaikan fraktur collum femoralis
  9. Perbaikan fraktur trochanterica
  10. Debridement kulit/otot/tulang/fraktur
  11. Perbaikan artroskopi lutut untuk kedua menisci
  12. Penggantian pinggul
  13. Artroskopi bahu/eksisi tulang selangka distal
  14. Perbaikan tendo manset rotator
  15. Perbaikan fraktur radius (tulang)/ulna
  16. Laminektomi
  17. Perbaikan fraktur pergelangan kaki (jenis bimalleolus)
  18. Artroskopi dan débridement bahu
  19. Fusi spinal lumbar
  20. Perbaikan fraktur bagian distal radius
  21. Pembedahan discus intervertebalis belakang bawah
  22. Insisi selubung tendon jari
  23. Perbaikan fraktur pergelangan tangan (fibula)
  24. Perbaikan patah tangkai paha femoral
  25. Perbaikan patah trochanterica

Sejarah

Untuk penjelasan lebih rinci, lihat osteogenesis distraksi.

Jean-Andre Venel mendirikan lembaga ortopedi pertama pada tahun 1780, yang merupakan RS pertama yang ditujukan untuk merawat cacat rangka anak-anak. Ia dianggap beberapa orang sebagai bapak ortopedi atau dokter ortopedi pertama dalam pertimbangan pendirian RS-nya dan atas metode-metodenya yang diterbitkan.

Antonius Mathysen, seorang dokter bedah militer Belanda, menemukan pembalut gips Paris pada tahun 1851.

Banyak perkembangan dalam bedah ortopedi yang dihasilkan dari pengalaman selama masa perang. Di medan pertempuran pada masa Abad Pertengahan prajurit yang terluka dirawat dengan perban yang direndam dalam darah kuda yang dikeringkan unruk membuat belat yang kaku dan tak memenuhi syarat kesehatan. Traksi dan belat dikembangkan selama Perang Dunia I. Penggunaan batang intramedulla untuk merawat patah tulang femur dan tibia dirintis oleh dr. Kuntschner dari Jerman, yang membuat perbedaan nyata pada kecepatan penyembuhan prajurit Jerman yang terluka selama Perang Dunia II dan menyebabkan adopsi fiksasi intramedulla fraktur di belahan dunia lainnya. Bagaimanapun, traksi adalah metode standar untuk merawat fraktur tulang paha hingga akhir tahun 1970-an saat Harborview Medical Center di Seattle memopulerkan fiksasi intramedulla tanpa membuka patahan tulang. Fiksasi luar fraktur diperhalus oleh para dokter Amerika selama Perang Vietnam namun sumbangan utama dibuat oleh Gavril Abramovich Ilizarov di Uni Soviet. Ia dikirim, tanpa banyak pendidikan ortopedi, untuk merawat prajurit Soviet yang terluka di Siberia pada tahun 1950-an. Tanpa peralatan apapun ia berhadapan dengan keadaan lumpuh atas fraktur yang tak dirawat, terinfeksi, dan terdislokasi. Degan bantuan toko sepeda setempat ia merancang fiksator cincin yang dieraskan seperti jeruji sepeda. Dengan peralatan ini ia adapat menyembuhkan, mereposisi, dan memperpanjang pada tingkat yang tak didengar di manapun. Peralatan Ilizarovnya masih digunakan sekarang sebagai salah satu metode osteogenesis distraksi.

David L. MacIntosh merintis pembedahan pertama yang berhasil untuk penanganan ligamentum cruciatum anterius yang robek di lutut. Cedera umum dan serius ini menyebabkan parapemain ski, atlet lapangan, dan penari selalu tak bisa melanjutkan pekerjaannya karena ketidakstabilan sendi permanen. Bekerja dengan para pemain sepak bola, dr. MacIntosh merancang cara untuk membetulkan kembali ligamentum dari struktur yang berekatan untuk mempertahankan mekanika sendi lutut yang kuat dan kompleks dan memperbaiki stabilitas. Perkembangan bedah rekonstruksi LCA telah memungkinkan sejumlah atlet untuk bisa melanjutkan kembali kariernya di berbagai tingkat.

Penelitian bedah ortopedi dan muskuloskeletal modern telah mencari jalan untuk membuat pembedahan kurang invasif dan membuat komponen yang ditanam lebih baik dan tahan lama.

Artroskopi

Penggunaan peralatan artroskopi terutama sekali untuk pasien cedera. Artroskopi dirintis di awal 1950′-an oleh dr. Masaki Watanabe dari Jepang untuk melakukan bedah dan rekonstruksi kartilago invasif minimal dari ligamentum yang robek. Artroskopi membantu pasien sembuh dari pembedahan dalam hitungan hari, daripada minggu ataupun bulan dalam bedah biasa dan ‘terbuka’. Artroskopi lutut adalah salah satu operasi yang paling umum dilakukan oleh dokter bedah ortopedi sekarang dan sering digabungkan dengan menisektomi atau kondroplasti—yang merupakan pemindahan dari tulang rawan yang robek.

Penggantian sendi

Penggantian sendi tersedia untuk sendi lain pada dasar yang terbatas, yang paling utama bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki serta jari.

Pada tahun-tahun terkini, penggantian permukaan sendi, khususnya sendi panggul, sudah menjadi lebih terkenal di antara pasien yang lebih muda dan aktif. Jenis operasi ini menunda perlunya penggantian panggul total yang lebih kuno dan kurang mempertahankan tulang, namun membawa risiko signifikan pada gagal awal akibat fraktur dan kematian.

Salah satu masalah utama dalam penggantian sendi adalah pemakaian permukaan komponen yang timbul, yang dapat menimbulkan kerusakan tulang di sekitarnya dan akhirnya menyebabkan gagal implan. Penggunaan permukaan timbul alternatif telah bertambah di tahun-tahun terkini, khususnya pada pasien yang lebih muda, untuk mencoba mengembangkan sifat pemakaian komponen penggantian sendi, yang termasuk keramik dan semua implan logam (berlawanan dengan logam pada plastik yang asli). Plastik itu (sebenarnya polietilena berbobot molekul yang ultratinggi) juga bisa diubah dalam berbagai cara yang dapat memperbaiki sifat pemakaian.

Ortopedi anak

Perawatan anak-anak dengan masalah muskuloskeletal masih menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi modern. Banyak fraktur dan cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat aktivitasnya yang tinggi dan rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan fraktur pada anak berbeda daripada orang dewasa karena growth plate yang aktif di tulang mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan masalah signifikan dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko harus dimonitor dengan perawatan.

Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi anak. Atas alasan yang kurang dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung pada beberapa anak, yang jika dibiarkan tak terawat dapat menimbulkan cacat yang tak diharapkan dan dapat terus menyebabkan nyeri kronis yang akut dan masalah pernapasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan gabungan penjepitan dan pembedahan.

Anak-anak memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang menjadi fokus ortopedi sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti kaki pekuk dan dislokasi pinggul kongenital(juga dikenal sebagai displasia pertumbuhan pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit khusus sepertiShriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.

Terminologi

Nicholas Andry meluncurkan kata "orthopaedics", diturunkan dari kata Yunani untuk "betul" atau "lurus" ("orthos") dan "anak" ("paidion"), pada tgahun 1741, saat pada usia 81 iamenerbitkan Orthopaedia: or the Art of Correcting and Preventing Deformities in Children.

Ejaan yang digunakan di Indonesia beragam, ada ortopedi, orthopaedi, orthopedi, dll.

Sumber : Wikipedia

Selamat Ulang Tahun dr. Iman, “Doi”

“Mandi lagi, mandi lagi tengah malem gini…”

Mungkin itu yang dipikirkan dr. Iman Solichin, Sp. OT, Spine, owner sekaligus dokter spesialis orthopaedi di Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto (RSOP), saat malam itu beliau dihadiahi taburan tepung dan air serta 2 gelas teh di kepala beliau. Hadiah itu diberikan oleh karyawan-karyawan RSOP yang tentunya sebagai bentuk perhatian mereka dengan menjaili orang nomor 1 di RSOP itu.

Perlu diketahui, hari itu tengah malam buta tanggal 20 Maret 2012 pukul 00.40 WIB “Doi” panggilan akrab dr. Iman, diberikan kejutan oleh karyawan-karyawannya yang memang sudah direncanakan dengan matang. Alhasil saat itu beliau kacau balau, baluran tepung, air, dan tambahan 2 gelas teh menghiasi seluruh tubuh & wajah beliau. Tetapi bukan dr. Iman namanya jika beliau tidak bisa membalas karyawan-karyawannya. Karyawan-karyawan yang mencoba mengucapkan selamat ulang tahun dengan menyalami beliau jadi korban dengan diberikan olesan-olesan adonan yang ada di seluruh tubuhnya. Beberapa orang yang belum menjadi korban, dikejar “Doi” sampai mungkin saking kaget & paniknya, ada yang terjatuh saat dikejar Doi.

Suasana begitu seru ketika dr.Iman seperti menjadi anak kecil kemudian berlari mengejar yang lain, yang ternyata adalah dokter-dokter RSOP yang mencari aman supaya tidak menjadi korban adonan tepung.

Akhirnya acara ditutup denganmemakan kue ulang tahun & rencana untuk menceburkan dr. Iman ke danau RSOP, tp rencana gagal total karena tanpa disangka dr. Iman berjalan santai menuju danau dan meceburkan dirinya sendiri.. (Mungkin niat beliau untuk mencuci adonan tepung yang ada di tubuhnya)

Yahhh, yang penting 50% rencana SUKSES…

Selamat Milad Guru Kami dr. Iman Solichin, Sp. OT, Spine

Hasil Dari Diskusi Panel Nasional Tata Laksana Komprehensif Scoliosis

RSOP Menggelar acara Diskusi Panel Nasional ? Tata Laksana Komprehensif Skoliosis.

Fakta bahwa Skoliosis adalah salah satu kelainan bawaan yg prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun. Penanganan skoliosis secara komprehensif mulai dari aspek promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif sangat perlu diupayakan semaksimal mungkin. Pada aspek promotif dan preventif dapat dilakukan dengan screening dan komunikasi dengan pasien skoliosis. Hal ini tidak mudah karena diperlukan pemahaman dan skil yang baik khususnya dalam deteksi dini,motivasi upaya terapi dan tatalaksana preventif dan protektif dari sudut kelengkungan tulang belakang dapat diminimalisir derajatnya.

Kemudian pada aspek kuratif dan rehabilitatif penata laksana kasus skoliosis, memerlukan kerjasama dengan berbagai disiplin medis mulai dari diagnostik radiologis, tata Laksana orthopaedi dan neurologi,psikiatri hingga rehabilitasi medik. Sehubungan dengan hal tersebut, RSOP bekerjasama dengan Masyarakat Skoliosis Jawa Tengah dan IDI Kabupaten Banyumas. berupaya menyelenggarakan kegiatan berupa DISKUSI PANEL bertajuk Tata laksana Komprehensif Skoliosis. Yang akan di isi oleh beberapa pakar di bidang Skoliosis. Acara ini diperuntukan bagi Dokter, Calon dokter (mahasiswa kedokteran dan ilmu kesehatan ) dan Tenaga kesehatan lainnya (perawat,fisioterapis) dan lain-lain, yang terkait dengan tata laksana skoliosis secara komprehensif .

Tujuan diadakan diskusi panel ini adalah guna memberikan pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif pada dokter dan calon dokter mengenai tata laksana Skolisosis terkini dan membina kerjasama Sharing of Knowledge antar dokter,calon dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Dengan menghadirkan pembicara utama yang merupakan pakar Skoliosis sekaligus Ketua SMF Bedah Orthopaedi di RS Fatmawati Jakarta Yaitu Dr.dr. Luthfi Gatam,SpOT,K.Spine yang membawakan materi Skoliosis dan tren terapi terkini skoliosis, memaparkan bahwa Skoliosis kalau dibiarkan membahayakan, problem utama di skoliosis adalah jika tidak melakukan pengobatan progresif karena dari tahun ketahun derajat kelengkungannya akan semakin bertambah. Dan yang menarik adalah bahwa rata-rata penderita skoliosis adalah cantik-cantik karena mayoritas adalah perempuan.

Pembicara kedua dr. Iman Solichin, Sp.OT,Spine dengan materi Penanganan Skoliosis di Daerah , dr. Iman solichin Sp.OT ,Spine memaparkan beberapa kasus skoliosis yang ditangani di RSOP , dan permasalahan yang dihadapi para Skolioser ( sebutan untuk penderita skoliosis) yaitu perasaan minder, takut dan ketidaktahuan. Saat ini ada wadah MSI yaitu masyarakat skoliosis indonesia. Dimana MSI merupakan forum sharing dari para skolioser, mekanisme pendampingan kalau ada skolioser yang mau operasi, memberikan suport dan memberikan edukasi dan sosialisasi melalui screening school. Sehingga dr. Iman Solichin ,Sp.OT Spine memberikan apresiasi yang luar biasa kepada para Skolioser. Melalui wadah MSI Skolioser akan tambah percaya diri dan kualitas hidupnya akan lebih baik.

Pembicara lain yaitu dr. Peni Kusumastuti,Sp.RM berbicara mengenai upaya rehabilitasi pada skoliosis dan dr. Laksmi Purwitosari ,M.Kep,Sp.S mengenai managemen nyeri pada skoliosis serta beberapa pembicara lain yaitu dr. Hilma Paramitha ,Sp.Kj dan dr. Lukas Mariatmata,SH. Acara yang berlangsung dari pkl 07.30 s.d 13.30 di Aula Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto ini ini diikuti oleh 150 peserta yang terdiri dari para dokter, perawat dan mahasiswa dari wilayah Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo. Salah seorang peserta dari RSI Moga Pemalang yaitu dr. Eko Mikroni menyatakan puas mengikuti acara tersebut dan mengambil manfaat yaitu memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang komprehensif mengenai tata laksana skoliosis. Apalagi bagi beliau yang mana di daerah belum ada pakar skoliosis tentunya pengetahuan ini sangat bermanfaat bagi pasiennya yang berada di daerah.

Acara yang berlangsung dari pagi ini juga dimeriahkan dengan Perayaan Ultah MSI Jateng yang ke-2 dan Launching Spine Center RSOP, serta berbagai door prize menarik yaitu salah satunya LCD TV 22 Inc yang dimenangkan oleh Mahasiswa dari Stikes Al Irsyad Cilacap. Acara diakhiri dengan makan siang bersama di Area Taman belakang RSOP.

Berita Senam RSOP

SENAM YUUUKK

Sabtu pagi , halaman depan RSOP tampak berbeda dari hari biasa… tampak ibu-ibu warga seputar RSOP berduyun-duyun datang memenuhi halaman depan RSOP,,Ibu-ibu ini mengenakan kostum olah raga ala kadarnya, namun mereka tampak semangat dan antusias mengikuti senam yang diselenggarakan oleh RSOP.

Seperti diketahui hari sabtu adalah hari olah raganya RSOP, tak seperti kebanyakan instansi hari olah raga adalah hari jumat. Di RSOP mempunyai budaya berbeda yaitu hari sabtu, dan olah raga yang lazim dilakukan saat ini adalah senam aerobik. Meskipun sebenarnya jenis olah raga lain banyak namun yang menjadi favorit adalah senam aerobik. Mungkin karena musiknya yang dinamis dan memacu adrenalin dan gerakannya yang fun sehingga digemari. Olahraga lazimnya dilakukan rutin setiap hari, namun aktivitas yang padat apalagi bagi karyawan sangat tidak memungkinkan olahraga setiap hari. Sehingga solusi olahraga seminggu sekali sebenarnya sudah cukup bagus.

Disamping itu kegiatan olahraga ini menciptakan kebersamaan diantara karyawan dan saling mengakrabkan karena dalam suasana yang berbeda. Olah raga banyak sekali manfaatnya, disamping menyehatkan tubuh juga dapat menghilangkan stres, tidak percaya?? Coba saja ketika anda sedang di dera stres, dilanda suatu masalah.. BERGEGASLAH mengikuti senam pagi di RSOP!! Saya jamin stres anda langsung hilang berganti menjadi keceriaan..dan asal diketahui juga wajah akan menjadi berseri dan terlihat lebih menarik..So..tunggu apa lagiii… AYO SENAAAMMM…!!! rsop4all@rsop.co.id

Cara Mengetahui Posisi RSOP Dengan Peta Google Maps

Tahukah anda??

Bagi anda yang tidak mengetahui Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto, anda dapat mencari & mengetahui akses menuju Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto via internet dengan menggunakan Google Maps.

Disini akan dijelaskan tata cara mengakses via Google Maps.

1. Dengan mengetikan maps.google.com di browser anda.

2. Dengan masuk ke website RSOP http://www.rsop.co.id kemudian melakukan klik di bagian alamat view location di bagian kanan atas website. Ikuti videonya :

dengan Google Maps juga anda bisa mendapatkan arah menuju Rumah Sakit Orthopaedi dari berbagai daerah seperti Cilacap, Purbalingga, Wonosobo, Banjarnegara, Kebumen, Pemalang dan kota-kota lain. Gunakan petunjuk arah untuk mendapatkannya. Lengkapnya anda bisa lihat melalui video di atas:

3. Bagi anda yang mempunyai ponsel Blackberry, Android, Symbian S60, atau yang support google maps, anda bisa mendapatkan software google maps dengan mendownloadnya di m.google.co.id/maps

Diskusi Panel Nasional “Tata Laksana Komprehensif Skoliosis”

Skoliosis adalah salah satu kelainan bawaan yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penanganan skoliosis secara komprehensif mulai dari aspek promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif sangat perlu diupayakan semaksimal mungkin.

Pada aspek promotif dan preventif, upaya skrining dan komunikasi dengan pasien skoliosis memerlukan pemahaman dan skill yang baik, khususnya dalam deteksi dini, motivasi upaya terapi dan tata laksana preventif dan protektif agar sudut kelengkungan tulang belakang dapat diminimalisir derajat peningkatannya.

Pada aspek kuratif dan rehabilitatif, penatalaksanaan kasus Skoliosis juga memerlukan kerjasama dari berbagai disiplin medis, mulai dari Diagnostik Radiologis, Tata Laksana Orthopaedi, Neurologi, Psikiatri hingga Rehabilitasi Medik.

Sehubungan dengan hal tersebut, RS. Orthopaedi Purwokerto berupaya menyelenggarakan sebuah kegiatan berupa Diskusi Panel bertajuk “Tata Laksana Komprehensif Skoliosis” yang akan diisi oleh beberapa pakar di bidang Skoliosis. Acara ini diperuntukkan bagi dokter dan calon dokter sebagai ajang pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan juga tenaga kesehatan lainnya yang terkait dengan tata laksana skoliosis secara komprehensif seperti perawat, fisioterapis, dll.

Kenali Skoliosis Sejak Dini

RS. Orthopaedi Purwokerto bekerjasama dengan Masyarakat Skoliosis Indonesia (MSI) cabang Jawa Tengah dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Banyumas mengundang para dokter, mahasiswa kedokteran dan tenaga kesehatan yang terkait dengan tata laksana Skoliosis ini di wilayah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Jogjakarta dan Jawa Timur untuk menghadiri event nasional ini sebagai ajang pertemuan ilmiah tahunan dalam bidang orthopaedi, traumatologi dan rehabilitasi medik di Indonesia.

Tujuan

Tujuan diskusi panel ini adalah:

1. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang komprehensif pada dokter dan calon dokter mengenai tata laksana Skoliosis terkini,

2. Membina kerjasama sharing of knowledge antar dokter, calon dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam upaya tata laksana skoliosis dan evaluasinya.

Kriteria Peserta

1. Dokter Spesialis

2. Dokter Umum

3. Mahasiswa kedokteran dan ilmu kesehatan

4. Tenaga kesehatan lainnya (Perawat, fisioterapis, dll).

Waktu & Tempat

Acara ini akan diselenggarakan pada:

Hari/tanggal : Minggu, 22 Januari 2012

Tempat : Auditorium RS. Orthopaedi Purwokerto

Topik & Jadwal Acara

Jam 07.00 : Registrasi Peserta

Jam 07.30 : Pembukaan

Jam 08.30 : Diskusi Panel

Skoliosis dan tren terapi terkini skoliosis

DR. dr. Luthfi Gatam, SpOT, K. Spine

Penanganan Skoliosis di daerah

dr. Iman Solichin, SpOT, Spine

Upaya rehabilitasi medis pada skoliosis

dr. Peni Kusumastuti, SpRM

Manajemen nyeri pada skoliosis

dr. Laksmi Purwitosari, Sp.S

Upaya mengatasi gangguan psikologis pada penyandang skoliosis

dr Hilma Paramita, Sp.KJ

Aspek Medico Legal dalam Tata Laksana Skoliosis

dr. Lukas Mariatmanta, SH

Jam 13.00 : Ishoma

Jam 14.00 : Perayaan Ultah MSI Jateng ke-2 dan Launching Spine Center RSOP

Jam 14.30 : Penutupan dan door prize

Pendaftaran

Peserta dapat mendaftarkan diri dengan mengisi formulir pendaftaran disertai tanda bukti pembayaran.

Transfer pembayaran dapat melalui rekening :

1. Bank Mandiri No. Rek. 139-000-529-2929 atas nama PT. OSM

2. Bank BCA No. Rek. 046-082-4567 atas nama PT. OSM

Atau dapat langsung menghubungi CP kami.

Pembicara

1. DR. dr. Luthfi Gatham, SpOT, K.Spine (Pakar Skoliosis Indonesia; Ketua SMF Bedah Orthopaedi RS Fatmawati, Jakarta; Tim Spine Center RS Premier Bintaro)

2. dr. Iman Solichin, SpOT, K.Spine (ahli spine di Banyumas; dokter RSUD Margono Purwokerto; dokter Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto)

3. dr. Peni Kusumastuti, Sp.RM (dokter RSUP Fatmawati, Jakarta; Tim Spine Center RS Premier Bintaro)

4. dr Laksmi Purwitosari, M.Kep, Sp.S (Neurolog di RSUD Banyumas; Tim Spine Center RS Orthopaedi Purwokerto)

5. dr Hilma Paramita, Sp.KJ (Psikiater di RSUD Banyumas; Tim Spine Center RS Orthopaedi Purwokerto).

6. dr. Lukas Mariatmanta, SH (Praktisi Hukum Kesehatan) *)

Investasi

Mahasiswa: Rp 100.000,-

Tenaga Kesehatan (Perawat,terapyst,dll): Rp 150.000,-

Dokter umum : Rp. 200.000,-

Dokter spesialis: Rp 250.000,-

Fasilitas

1. Panel Disscussion Kit (map, notes, pen & handout materi untuk 5 pembicara).

2. Sertifikat Rekomendasi IDI (SKP)

3. Coffee Break

4. Makan Siang

5. Door prize

*)dalam konfirmasi

Sekretariat:

Jl. Soepardjo Roestam No. 99 Purwokerto

Telp. 0281-6844166 (RSOP) / 08156987988 (Mita) 085869340797(Yuni) / 089668188820 (Ade)

Email: jateng.msi

website: skoliosis2012.weebly.com

Medical Sport Center / Tim Medis

Pre hospital care adalah salah satu pelayanan yang sangat penting dalam tata kelola medis di Rumah Sakit. Seringkali keberhasilan penanganan, terutama kasus gawat darurat, tergantung dari seberapa baik pelayanan pre hospital care menyelamatkan pasien dari kecacatan dan kematian.

Khusu untuk event tertentu seperti event olahraga, manajemen resiko perlu dikembangkan oleh penyelenggara untuk bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan resiko yang dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian akibat cedera.

RSOP membuka pelayanan Tim Medis yang berfokus pada pelayanan pre hospital care khususnya pada event-event beresiko tinggi yang dapat menyebabkan cedera serius seperto cedera olahraga, trauma akibat perkelahian massal, kecelakaan lalu lintas hingga komplikasi beberapa penyakit yang sering diderita atlit/peserta saat menjalani kegiatan luar sepeti serangan jantung, stroke, pingsan, dan lain-lain.

Dengan didukung oleh dokter dan perawat terlatih dan ambulance yang lengkap dalam peralatan kegawatdaruratan medis, RSOP siap melayani anda untuk mengawal segala event yang memiliki resiko tinggi seperti sepakbola, beladiri, balap motor, hingga event-event ringan seperti pertandingan olahraga dan lain sebagainya. Peserta dapat mendaftar melalui telepon atau SMS serta mengisi aplikasi (minimal 3 hari sebelum hari-H).

Managed Care

Pelayanan asuransi sosial merupakan salah satu pelayanan yang didukung oleh kebijakan pemerintah untuk universal coverage (akses kesehatan semesta) yang mencakup pelayanan administratif pembiayaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Saat ini, program tersebut bergulir dalam SJSN (Sistem Jaringan Sosial Nasional) yang mencakup Jamkesmas, Askes, Jamsostek, Taspen, Asabri dan Jasa Raharja.

Diharapkan, dengan bergulirnya program tersebut masyarakat Indonesia dapat mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu dengan pembiayaan yang efektif demi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

RSOP melalui program Managed Care berupaya membantu pasien secara komprehensif pada upaya edukasi dan administrasi pelayanan meliputi admisi (pendaftaran), saat menjalani perawatan, pemberkasan syarat dan ketentuan pelayanan hingga administrasi klaim. Keseluruhannya merupakan upaya One Stop Service dan Customized Care RSOP dalam pelayanan asuransi dengan outcome yang diharapkan berupa kepuasan anda dalam menjalani ketentuan administrasi serta informasi yang jelas dan benar atas pelayanan asuransi anda.

Seringkali kedua hal tersebut menjadi masalah yang membebani pasien dalam menjalani perawatannya. Managed Care RSOP hadir untuk membantu anda mengatasi masalah-masalah tersebut, sehingga pelayanan menjadi praktis dan tidak terkesan berbelit-belit (birokratis). Untuk pelayanan Managed Care kami, anda otomatis menjadi pesertanya saat anda memenuhi syarat dan ketentuan untuk menjadi peserta asuransi. Selain asuransi sosial, Managed Care RSOP juga melayani asuransi komersial (swasta) dam kerjasama instansi untuk jaminan kesehatan pegawainya. Saat ini asuransi sosial yang dapat dilayani di RSOP meliputi Jamkesmas, Jamsostek JKK dan Jasa Raharja. Sedangkan asuransi komersial yang dapat dilayani mencakup 34 jenis asuransi.

Home Care

Beberapa kasus orthopaedi dan trauma memerlukan perawatan di rumah, seperti perawatan luka, manajemen nyeri dan terapi rehabilitatif yang tidak memungkinkan untuk dilakukan terapi rawat jalan dan rawat inap.

Perawatan luka mencakup perawatan luka akut dan kronis. Perawatan luka akut pada umumnya adalah keadaan luka berderajat ringan dan luka post operatif, hingga ditargetkan mencapai penyembuhan yang optimal. Perawatan luka kronis umumnya mencakup luka dekubitus dan luka akibat komplikasi beberapa penyakit seperti gangrene diabetikum, ulkus infeksi, dll.

Manajemen nyeri mencakup beberapa kasus seperti nyeri akibat operasi dan luka ringan, nyeri neuromuscular akibat penyakit tertentu dan nyeri psikogenik akibat penyakit kejiwaan dan psikosomatik. Beberapa kasus nyeri kronis seperti nyeri akibat penyakit keganasan dan kelainan sistemik juga tercakup dalam perawatan di rumah.

Terapi rehabilitative mencakup fisioterapi dan ortotik prostetik, seperti exercise therapy, persiapan pemasangan kaki dan tangan palsu beserta latihannya, serta manajemen nyeri dengan prinsip-prinsip fisioterapi.

CTEV

Congenital Talipes Equinovarus (Clubfoot) adalah salah satu kelainan bawaan pada kaki yang terpenting. Kelainan yang terjadi pada Clubfoot adalah : equinus pada tumit, seluruh hindfoot varus, serta midfoot dan forefoot aduksi dan supinasi. Derajat kelainan mulai dari ringan, sedang atau berat yang dilihat dari rigiditasnya atau resistensinya, dan dari penampilannya. Pengenalan dan penanganan secara dini pada clubfoot sangat penting dimana “Golden Period” untuk terapi adalah tiga minggu setelah lahir, karena pada umur kurang dari tiga minggu ligamen-ligamen pada kaki masih lentur sehingga masih dapat dimanipulasi.

Angka kejadiannya bervariasi terhadap ras dan jenis kelamin. Pada Caucasian frekwensinya 1,2/1000 kelahiran, dengan perbandingan laki-laki : perempuan = 2 : 1. Kejadian terkena bilateral sekitar 50% dari kasus. Sisi kanan sedikit lebih banyak dari kiri. Faktor genetik hanya memegang peranan sekitar 10%, sisanya merupakan kejadian yang pertama kali didalam keluarga. Bila orang tua terkena maka kemungkinan anaknya akan terkena 30%.

Gambaran klinik clubfoot sangat karakteristik, kaki dan tungkai bawah seperti tongkat (clublike). Bila keadaan ini datang terlambat untuk dikoreksi, maka keadaan kontraktur akan lebih parah dan akan lebih kaku, anak akan berjalan pada sisi kaki lateral dan pada malleolus lateralis. Anak tersebut bila berjalan akan terasa sakit dan terbentuk bursa dengan cepat.

CTEV harus dibedakan dengan “postural clubfoot”. Pada postural clubfoot kelainannya minimal dan dapat direposisi ke posisi normal dengan mudah oleh manipulasi pasif. Beberapa penyakit lain yang mirip juga perlu dibedakan, seperti pada agenesis atau hipoplasia tibia dan dislokasi sendi ankle bawaan, clubfoot yang didapat serta paralytic disease. Paralytic clubfoot tampak pada myelomeningocele, tumor intraspinal, diastematomyelia, poliomyelitis, progressive musculorum atrophy tipe distal, dan Guillain-Bare disease. Pada clubfoot harus dicari pula kelainan kongenital yang lain yang sering pula menyertai.

Pemeriksaan radiologis penting untuk mengetahui derajat subluksasi dari sendi talocalcaneonaviculare dan berat ringannya kelainan sebelum melakukan terapi. Manfaatnya adalah untuk pegangan melakukan terapi non operatif, untuk menentukan keberhasilan terapi, baik operatif maupun non operatif.

RSOP membuka pelayanan Klinik CTEV yang khusus melayani pasien penderita CTEV dengan diagnosis dan terapi yang komprehensif. Terapi mencakup terapi konservatif (non operatif) dan operatif. Petugas kami akan menjelaskan urutan pelayanan yang diberikan pada klinik ini, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan hingga tahapan terapinya.

Klinik CTEV adalah satu dari beberapa pelayanan terpadu di RSOP yang didukung oleh dokter, perawat, fisioterapis dan ortotis yang kompeten dan berpengalaman di bidang diagnosis dan terapi CTEV.